Jumat, 26 November 2010

PETUALANGAN SEORANG ANAK 3 TAHUN

Waktu kecil saya punya pengalaman menarik yang masih saya ingat hingga sekarang. Ketika itu saya masih berumur 3 tahun dan sedang sakit batuk. Pada hari itu mama ingin mengajak saya untuk berobat ke dokter, setelah papa saya pulang bekerja. Saat itu kira-kira pukul 10 saya sudah rapi, rencananya papa akan pulang lebih awal pukul 11 untuk menjemput saya dan mama ke dokter. Ketika mama sedang membersihkan rumah, saya iseng berkata padanya “ma, aku berani kok pergi naik angkot sendirian”. Mama pun berkata “hus, jangan! Nanti kamu diculik nenek lampir loh” dan saya pun hanya cengengesan.  Lalu saya minta uang sama mama untuk jajan di warung, mama saya memberikan uang kepada saya Rp. 100 dimana saat itu uang Rp 100 sudah cukup untuk jajan. Tapi kemudian saya tidak berjalan menuju warung, melainkan menuju ke jalan raya di depan gang. Saat itu pikiran saya berkata “ah saya bisa kok pergi sendiri ke tempat kerja papa” dengan segera saya menyetop angkot M20 tujuan pasar minggu, padahal kantor papa saya berada di daerah pondok labu. Setelah angkot tersebut berhenti di depan saya, saya langsung naik. Semua mata penumpang tertuju pada saya, mungkin mereka heran saya yang masih kecil berani naik angkot sendirian. Badan saya memang tergolong lebih besar dan tinggi dibandingkan anak-anak seusia saya. Saat itu umur saya 3 tahun tapi orang-orang dapat mengira saya berumur 5 tahun. Namun saat itu orang-orang tetap menatap heran ke saya, mereka bertanya “mau kemana dik?kok sendirian?”. Saya jawab “mau ke sekolahan papa” - - karena papa saya seorang guru SD. “Loh kok ga sama mamanya?” kata ibu-ibu didepan saya, saya dengan polos hanya menjawab “enggak” lalu sang supir bertanya “papanya kerja di mana dik?”, “disekolahan bang” – tanpa menyebut nama sekolah dan daerahnya. Mereka pun bingung. Lalu supir berhenti di sebuah TK AL MAKMUR dan bertanya “ini bukan sekolahan papanya dik?” saya pun berpikir dalam hati ‘loh ini kan sekolahan mbak ina tetangga sebelah saya’, akhirnya saya menjawab “ya udah deh bang saya turun disini aja, ini duit ongkosnya”. Sang supir langsung menjawab “oh nggak usah bayar dik, buat adik aja duitnya”, “ya udah makasih ya bang” jawab saya. Setelah angkot itu pergi saya terdiam di tempat, bingung bagaimana caranya menyebrang jalan karena TK itu ada di seberang jalan raya dan saya tidak bisa menyebrang jalan. Kira-kira 5 menit kemudian ada seseorang dari seberang yang memanggil nama saya dan segera menghampiri saya, yang ternyata ibunya mbak ina. Dia kaget melihat saya sendirian di seberang jalan, dan langsung membawa saya ke dalam TK, dia bertanya “kamu mau kemana?mama kamu mana?” saya pun menjawab “aku mau kesekolahan papa, bude..mama ada dirumah”. Ia pun kaget “ya ampun jadi kamu naik angkot sendirian?bandel banget kamu..” dan saya hanya tertawa. Saat itu kebetulan temannya mbak ina ada yang sedang ulang tahun dan merayakannya dikelas, kemudian saya diajak bergabung oleh seorang guru – yang kebetulan kenal dengan mama saya. Saya senang sekali saat itu karena mendapat kue dan bingkisan snack, serta bernyanyi bersama anak-anak lainnya, tanpa memikirkan mama. Padahal disaat yang sama mama saya sedang mencari-cari saya. Bersama Bang Udin – tetangga saya, mama pergi menanya-nanyai semua supir angkot M20 yang ditemuinya sampai ke Pasar Minggu. Beruntung supir angkot yang mengangkut saya bertemu dengan mama dan mengatakan bahwa dia menurunkan seorang anak kecil berbaju hijau di TK AL-MAKMUR. Dengan segera mama dan Bang Udin berangkat ke TK AL-MAKMUR, dan begitu bertemu saya, mama langsung memeluk serta menciumi saya sambil menangis. Saya hanya diam saja tidak mengerti kenapa mama sampai menangis seperti itu, karena saya masih terlalu kecl untuk mengerti. Setelah mengucapkan terima kasih kepada bude dan bu guru, mama langsung membawa saya pulang kerumah. Sampai dirumah saya kaget, rumah saya ramai sekali tetangga-tetangga saya berkumpul disana menunggu saya. Begitu melihat saya mereka langsung bersyukur dan menangis terharu karena saya berhasil ditemukan. Mereka menciumi saya dan menasehati supaya saya tidak boleh naik angkot sendirian lagi karena perbuatan saya membuat mama khawatir. Saya hanya terdiam. Akhirnya pada hari itu saya tidak jadi ke dokter karena mama masih shock dengan kejadian yang baru saya dialaminya, saya ke dokter esok harinya bersama mama dan papa.

Tidak ada komentar: